Judul Buku : YANG HILANG DARI KITA: AKHLAK
Genre :
Akhlak, Agama,
Penulis :
M. Quraish Shihab
Penerbit :
Lentera Hati
Pertama Terbit :
2016
Ikhtisar Buku: Yang Hilang Dari Kita: Akhlak Karya M. Quraish Shihab
Moral yang dipraktikkan dan diajarkan oleh leluhur bangsa
kita, demikian juga yang diajarkan oleh agama, tidak lagi terlihat dalam
kehidupan keseharian kita. Ia telah hilang, padahal ia adalah milik kita yang
paling berharga lagi sangat dihargai orang lain. Ada sesuatu yang hilang dari
kita, terutama dari orang-orang yang mestinya menjadi teladan.
Betapa pun jika kita berkata, “Yang hilang dari kita,” kata
kita di sini bukan menunjuk pada pribadi (Anda atau dia), tetapi menunjuk pada
masyarakat kita sebagai muslim atau sebagai bangsa atau sebagai umat manusia.
Umat Islam tidak mencerminkan ajaran islam di tengah masyarakat.
Dalam buku ini, di hidangkan sebagian kecil dari nilai-nilai
akhlak islami. Ini bukan saja karena nilai-nilai akhlak Islam amat banyak yang
tidak mungkin dijangkau oleh buku ini, tetapi dengan memperhatikan satu-dua
dari nilai-nilai yang dihidangkan itu dapat mengantar seseorang berakhlak luhur
yang akhirnya mengantarnya ke surga,
Ulasan Buku: Yang Hilang Dari Kita: Akhlak karya M. Quraish Shihab
Pada mulanya buku ini adalah kumpulan dari enam ceramah
lisan yang disampaikan pada akhir tahun 2015. Ketika itu sedang heboh-hebohnya
kasus tentang adanya Ketua Lembaga Negara yang mengatasnamakan Presiden dan
Wakil Presiden meminta saham dati salah satu perusahaan asing yang ada di Indonesia,
Freeport.
Kasus itu bergulir menjadi diskusi tentang kewajaran hal
tersebut di tinjau dari segi hukum dan akhlak. Terlebih ketika Majelis Kehormatan
Dewan Perwakilan Rakyat(MK DPR) ikut membahasnya. Waktu itu, banyak yang
berkesimpulan bahwa ada sesuatu yang hilang dari masyarakat kita,—termasuk
orang-orang yang mestinya menjadi teladan—yakni akhlak.
Buku ini berupaya menegaskan pentingnya akhlak. Akhlak bukan hanya sesuatu yang bisa dimaknai dalam terminologi agama, tapi juga dalam kehidupan
berbangsa, bermasyarakat, dan juga pentingnya akhlak terhadap alam atau
lingkungan hidup.
Akhlak bukanlah hal yang adiluhung atau jauh dari
kehidupan manusia, melainkan sesuatu yang terus ada dalam jiwa manusia. Sebab dari
akhlaklah manusia memiliki perbedaannya dengan binatang dan tumbuhan.
Buku ini memberikan tiga dimensi penting dalam menguraikan mengenai akhlak, yakni :
- Akhlak dalam Tataran Idea dan Paradigma
- Penegasan Bahwa Islam Adalah Akhlak
- Akhlak dalam Praktik Individu, Ketuhanan, dan Kehidupan Bersama.
Tiga uraian memberikan kita sebuah wawasan untuk memandang akhlak, tidak hanya dalam tataran praktis, seperti sebuah peristiwa yang terjadi di sekitar kita. tapi juga tentang bangunan idea mengenai konteks, atau kondisi bagaimana manusia seharusnya
Akhlak dalam Tataran Idea Dan Paradigma
Dalam baba ini kita diajak menggali secara akademis dan juga
kritis mengenai akhlak. Kita akan di bawa pada definisi mendasar mengenai apa
itu akhlak, yang juga memerinci nilai-nilai serta kegiatan yang berkaitan dengannya.
Lalu kita diarahkan pada pertanyaan mengapa akhlak luhur dibutuhkan?
Pembahasan ini akan mengaitkan kita pada dalil naqli yakni Al
Qur-an, Hadist, dan pendapat para ulama muslim terdahulu, tapi juga dalil aqlil
berupa pendasaran logika dan pendapat para filosof barat, mulai filosof klasik
sampai dengan yang modern.
Dalam analisanya penulis ini tidak hanya mengulas mengenai
pemikiran etika para filsul klasik seperti socrates, plato dan aristoteles dan
juga filsuf modern seperti Immanuel Kant hingga John Stuart Mill, tapi juga
memberikan pandangan kritis terhadap hasil pemikiran mereka.
Pembahasan ini berujung pengertian mengenai hati nurani. Dalam bab ini, penulis begitu teliti memberikan pemaparan mengenai hari nurani sebagai sebuah ide bawaan dari manusia, dan juga sesuatu yang terbentuk oleh lingkungan.
“Sekali lagi, hati nurani terbentuk dari pendidikan, pengalaman, sehingga tidak mustahil ada “bisikan nurani” yang dibisikan oleh setan. Dalam konteks ini, Nabi saw. menegaskan bahwa dalam diri manusia ada potensi menerima Lammah Malakiyah atau Lammah Syaithaniyah yang selalu berbisik ke dalam hati manusia. Memang, jika dorongan malaikat yang menang, dorongan kebaikan yang muncul; dan sebaliknya yang terjadi jika yang menang adalah dorongan setan.” Hlm. 46.
Di sini kita diberikan pandangan kalau hati nurani tidak semata sesuatu yang otentik ada dalam diri seseorang, tapi juga rangkaian pengajaran dan pengalaman yang membentuk kepribadian dan mental orang tersebut. Sebab jika orang tidak di didik dengan baik, akan sangat mungkin kalau apa keluar secara otentik dalam dirinya bukan sesuatu yang baik.
“....akhlak bukanlah sesuatu yang dibawa serta oleh seseorang sejak kelahirannya. Ia tidak seperti api yang selalu menghadirkan panas karena jika akhlak merupakan bawaan sejak lahir, tentulah tidak berguna nasihat, tidak juga upaya untuk mengubah yang buruk menjadi baik, sebagaimana tidak akan lahir harapan untuk berubah.” Hlm. 93.
Islam Adalah Akhlak
Ini adalah bab tengah dari buku ini. Di sini penulis menegaskan kalau Islam bukan sekedar agama yang menjunjung tinggi akhlak, melainkan Islam adalah akhlak itu sendiri. Di sini menulis memberikan pemaparan bawah Agama Islam terdiri atas akidah, syariah, dan akhlak yang ketiganya tak bisa berjalan sendiri-sendiri. Bahkan bisa dibilang, akhlak meliputi pengamalan akidah dan juga syariah.
“Buat ibadah haji, cukuplah untuk membuktikan berat kaitan ibadah ini dengan budi pekerti dengan membaca firman-Nya dalam QS. al-Baqarah [2]: 197 yang melarang berbuat cabul, aneka kedurhakaan dan pertengkaran, serta perintah-Nya mem-bawa bekal takwa. Demikian terlihat betapa erat kaitan Rukun Iman dan Islam dengan akhlak, bahkan demikian terlihat betapa akhlak masuk dalam substansi Rukun Iman dan Islam sehingga kita kembali berkata bahwa dalam akidah dan syariah sudah ada akhlak.” Hlm. 106.
Juga penekanan terhadap hadis Nabi Saw. Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Dalam hal ini tidak hanya menyangkut
kewajiban Syariah yang disampaikan oleh Rasulullah, tapi juga menyangkut sikap
hidup, keadilan, dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh Nabi Saw. selama
hidupnya, yang menjadi tuntunan akhlak untuk kita semua.
Akhlak dalam Praktik Individu, Ketuhanan, dan Kehidupan Bersama
Islam adalah agama yang mengedepankan sopan santun. Akhlak
dipahami bukan sekadar perilaku, melainkan cerminan iman dan keimanan
seseorang. Penulis menyampaikan bahwa Islam adalah akhlak itu sendiri, yang
tercermin dalam berbagai ajaran praktis untuk kehidupan sehari-hari. (Chek and
Recehek).
Lebih dari itu, tuntunan akhlak dalam Islam juga mencakup sopan-santun
kepada Allah, Nabi Muhammad Saw., hingga sopan santun terhadap benda-benda tak
bernyawa. Dengan demikian, Islam mengajarkan akhlak secara holistik, mencakup
hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan sekitarnya.
“Jadikanlah diri Anda tolok ukur dalam hubungan Anda dengan pihak lain. Sukailah buat orang lain apa yang Anda sukai buat diri Anda dan jangan sukai buat mereka apa yang Anda sendiri tidak sukai.” Hlm. 202.
Kutipan ini merupakan pesan
umum para ulama berkaitan dengan sopan santun. Pesan ini mirip sebagaimana
pesan kebaikan yang juga dilakukan oleh agama besar dunia lainnya. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa pesan sopan-santun tersebut adalah ajaran universal.
Buku ini mengajak kita untuk membahas akhlak tidak hanya
sebagai sebuah tata tertib, harus begini dan jangan begitu, sebaiknya begini
dan bukan begitu, melainkan mengajak kita berfilsafat mengenai akhlak,
menalar dengan tertib tentang apa yang baik dan apa yang tidak. Di atas itu
semua, kita tidak boleh mengabaikan apa yang menjadi perintah Allah dan yang
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw. sebab di sanalah letak kebenaran akhlak
tersebut.
Posting Komentar untuk "YANG HILANG DARI KITA: AKHLAK karya M. Quraish Shihab"