DEAR LIFE karya Aice Munro

buku Dear Life karya alice munro merupakan kumpulan cerita pendek terbaik sepanjang masa; dear life bercerita mengenai roman dan juga sejarah;

Judul Buku                  : Dear Life

Penulis                         : Alice Munro

Penerjemah                 : Tia Setiadi & Rini Nurul Badariah

Penerbit                      : Bentang

Pertama Terbit            : 2012

Ikhtisar Buku Dear Life karya Aice Munro

“Salah satu penulis cerita pendek yang mengagumkan, bukan hanya untuk saat ini, melainkan sampai kapan pun juga.”—The New York Times Book Review

Cinta. Rasa bersalah. Gairah. Kehilangan. Aib. Keterasingan. Perkara keseharian yang begitu dekat, tapi di tangan Munro, kehidupan paling sederhana sekalipun berhasil diramu menjadi kisah yang memikat. Empat cerita penutup yang disebut Munro “terasa autobiografis” akan membawa kita menilik kilasan masa kecil Munro; sesuatu yang pernah diceritakan Munro sebelumnya.

Dengan sentuhan Khas Munro, cerita-cerita ini menarik kita masuk begitu dalam ke kehidupan karakter-karakternya dan mengejutkan kita dengan perubahan yang tak terkira. Dipuji sebagai penulis dengan kejernihan visi dan kemampuan bercerita yang tak tertandingi, melalui Dear Life, Munro menunjukkan betapa sebuah kehidupan biasa bisa menjadi begitu aneh, berbahaya, dan tak terduga.

Ulasan Buku Dear Life karya Alice Munro

Pada tahun 2013, dia mendapatkan Nobel Sastra, dan buku ini merupakan kumpulan cerpen yang membuktikan kepiawaian seorang Alice Munro dalam menulis cerpen. Buku ini terdiri dari 14 cerita yang 4 cerita terakhirnya diakui sebagai “semi-otobiografi” penulisnya. Dia banyak bercerita mengenai keterasingan, cinta, kehilangan, penyesalan, dan juga fantasi hidup yang berlatar pada kehidupan sehari-hari. Munro membuat alur cerita yang tenang, tapi mampu menghanyutkan perasaan pembaca.

Alice Munro mampu menggambarkan dengan detail kompleksnya kehidupan manusia. Tidak hanya itu, dia juga memberikan kesan intim dalam tiap penggambarannya. Sebab dia menggambarkan dengan baik pergolakan jiwa dan juga aneka hal yang bergerak dalam diri sang tokoh. Di sisi yang lain, dia juga piawai mengubungkan ceritanya dengan peristiwa politik yang terjadi di dunia, seperti perang dunia dua, dan juga ketegangan pada era perang dingin.

Dalam cerpennya, dia mampu mengungkap hubungan antar manusia yang rapuh dan penuh dengan interpretasi. Sebagaimana Virginia Wolf, yang banyak membawa alam batin pribadinya dalam menulis, Munro bisa menjelaskan dunia batin tokohnya dengan detail yang menegangkan. Dalam empat cerpen terakhir yang dianggap sebagai finale, dia memberikan dimensi yang lebih refleksif dalam cerita yang digalinya dari kehidupan pribadinya sendiri.

 Kisah Dari Dear Life

Dalam Sampai Ke Jepang, Munro mengisahkan tokoh Greta, seorang wanita ibu rumah tangga yang hidup dalam keterasingannya. Suatu hari Greta diundang pesta oleh seorang editor majalah. Di sana dia tampak terabaikan oleh banyaknya orang yang asyik bercakap, tapi dia merasa lebih baik jika dibandingkan dengan acara pesta bersama suaminya yang seorang profesor. Pada akhirnya dia bertemu dengan pria bernama Harris Bennet, dan pertemuan itu mengundang jiwanya untuk berpetualang.

Suatu hari Greta memutuskan untuk pergi bersama Katy, putrinya. Dalam perjalanan itu, Greta melakukan kecerobohan yang hampir menghancurkan jiwanya. Dalam perjalanan itu juga Greta terus mengalami perang batin antara hasrat dan rasa bersalah. Alice Munro sangat baik menceritakan guncangan yang terjadi dalam jiwa Greta, dan juga mampu memberi detail perasaan yang bermakna.

“Greta agaknya ketakutan, tapi mengabaikan khayalannya tentang Katy duduk di tempat yang gaduh, tak berdaya di antara gerbong-gerbong. Tidak menangis, tidak mengeluh, seolah-olah dari tadi dia hanya duduk di sana tanpa penjelasan, tanpa harapan. Sepasang matanya ganjil tanpa ekspresi dan mulutnya hanya menganga, sebelum sadar dirinya diselamatkan, dan dia baru bisa menangis. Setelah itu Katy baru menemukan dunianya kembali, haknya untuk menderita dan mengeluh.” Hlm. 25.

Dia juga mampu menghadirkan konklusi yang samar. Seolah membiarkan waktu berhenti, dan mengajak pembaca untuk merujuk kembali pada perjalanan cerita yang sudah terlewati.

“Semula Greta terkejut, lantas batinnya bergemuruh, suatu guncangan dahsyat.

Dia berusaha terus memegang katy. Tapi kali ini si anak menjauh dan melepaskan tangan.

Anak itu tak berusaha melarikan diri. Dia hanya berdiri menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.” Hlm. 28.

Cerita akhir dari kumpulan cerpen ini berjudul Kehidupan Yang Berharga, yang dalam bahasa aslinya berjudul Dear Life—yang merupakan judul buku ini. Kisah ini merupakan kenangan pribadi Alice Munro di mana ia mengingat penyakit ibunya, dan juga kondisi ekonomi keluarganya di tengah gejolak perang dunia dua.

“Ibu keguguran dua kali sebelum melahirkanku. Jadi, saat aku lahir pada 1931,pasti ada kelegaan yang merebak. Namun, zaman kian lama lian menipiskan harapan. Sebenarnya ayah agak terlambat menerjuni bisnis binatang ini. Keberhasilan yang diharapkannya lebih berpotensi pada pertengahan tahun dua puluhan, sewaktu bulu binatang baru populer dan orang punya uang. Namun, kala itu belum mulai. Tetap saja kami bertahan, sepanjang dan seusai perang.” Hlm. 292.

Membaca buku ini akan membawa kita pada perenungan kehidupan kita sendiri dalam menilai pengalaman sehari-hari. Kita mungkin akan menjadi wawas, bahwa apa yang terjadi di dunia internasional saat ini memiliki dampak—entah besar atau kecil—pada keadaan lingkungan dan bahkan keluarga kita.

Buku ini menyajikan penjelasan yang luar biasa tentang hubungan antara individu dan peristiwa global, serta hubungan antara konflik internal seseorang dan perilaku yang ditunjukkan.

Posting Komentar untuk "DEAR LIFE karya Aice Munro"